Jumat, 01 Oktober 2010

STRATEGI PEMASARAN PRODUK MELALUI MEDIA PERIKLANAN

TEMA : STRATEGI PEMASARAN
PENGARANG : Pujiyanto 1, Januari 2003

Latar belakang dan masalah :
Di era perdagangan bebas merupakan masa persaingan produsen dalam memasarkan
produknya. Produsen menginginkan pada era tersebut produknya dapat diterima masyarakat secara
luas. Agar produknya sampai ke konsumen maka perlu informasi yang jelas melalui media
periklanan. Kejelasan informasi pada segmen pasar terhadap produk yang diiklankan akan
menghasilkan tanggapan positif dari konsumen yang tentunya akan mendapatkan keuntungan bagi
produsen.

Tujuan Penelitian :
Dunia Usaha di Indonesia berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan oleh
beberapa kebijakan ekonomi yang diluncurkan Pemerintah sejak tahun 1983 dalam
bentuk deregulasi dan debirokrasi. Lebih lagi di era global perdagangan bebas AFTA di
tahun 2003 dan APEC mulai tahun 2020 yang memberikan kesempatan produsen untuk
memasarkan secara bebas.
Adanya pasar bebas yang mengakibatkan dunia perdagangan menjadikan
persaingan promosi yang lebih seru, karena banyaknya jenis produk yang ditawarkan.
Berbagai jenis produk yang ditawarkan sangat berhati-hati dalam mengisi dicelah-celah
bisnis melalui promosi. Mengatur strategi pemasaran melalui promosi antar produsen
agar produknya meningkat dan jangkauan pasar lebih luas merupakan jurus yang harus
dilakukan.
Persaingan antar produk di pasaran mendorong produsen gencar untuk berpromosi
yang dapat menarik perhatian konsumen. Promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain; melalui promosi penjualan, publisitas umum, penjualan pribadi, dan
periklanan. Promosi melalui media periklanan sangatlah efisien karena menggunakan
biaya rendah dan mempunyai daya bujuk (persuasif) yang kuat. Promosi melalui
periklanan sangatlah efektif karena dapat memberikan informasi yang jelas terhadap
produk pada segmen tertentu. Iklan mengarahkan konsumen dalam menyuguhkan produk
sehingga dapat diyakini untuk memenuhi kebutuhan pembeli
Metode Penelitian :
Perilaku pembuatan keputusan konsumen dapat didasarkan atas prinsip problem
solving (pemenuhan kebutuhan), rasional (pertimbangan akal sehat tentang fungsi dan
kegunaannya), atau hedonic benefits (pertimbangan emosional / afektif, cita rasa, dan
estetika). Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal meliputi lingkungan budaya, kelas sosial, pengaruh personal, keluarga
dan situasi setempat. Sedangkan faktor internal mencakup sumber daya yang dimiliki
setiap individu konsumen (waktu, uang, perhatian, dll), motivasi dan keterlibatan diri,
pengetahuan, sikap, serta unsur-unsur psikografis, dan demografisnya (Engel.1990:45).
Konsumen menganggap bahwa iklan sebagai jendela informasi sebagai paduan
dalam memilih produk. Di lingkungan produsen, iklan merupakan media promosi tentang
kualitas dan ciri-ciri produk kepada masyarakat baik orang tua maupun anak-anak.
Sebagai calon konsumen tentu perlu informasi yang jelas terhadap produk yang
diiklankan. Melalui informasi yang jelas niscaya calon konsumen akan mempunyai
keputusan untuk membeli.
Dalam memutuskan mengkonsumsi produk bisa dipengaruhi oleh informasi produk
yang diiklankan, tampilan iklan yang menarik, dan model yang ada di iklan. Hal ini
menunjukkan bahwa iklan mempunyai peran yang sangat kuat dalam membujuk
konsumen yang terjaring dalam lingkarannya terbius untuk mengikuti produk yang
diinformasikan










Informasi media periklanan yang lancar dan mudah dipahami oleh masyarakat
(konsumen) akan memberikan tanggapan yang positif bagi konsumen. Informasi yang
jelas secara visual maupun verbal dan tidak menyinggung perasaan konsumen akan
menguntungkan dipihak produsen. Harapan positif di hati masyarakat merupakan tujuan
utama produsen dalam menawarkan produknya, sehingga bisa diterima di pasaran.
Berbagai cara produsen dalam mempromosikan produknya melalui periklanan diharapkan
mendapatkan citra positif konsumen. Penilaian konsumen terhadap produk, yang
dimaksud antara lain;
1. Memperoleh penilaian baik dari konsumen
Penilaian dari konsumen sangat penting, karena dapat diketahui apakah yang
diiklankan sudah diterima atau tertanam di hati konsumen. Bila ikhan tidak diterima
karena faktor penyimpangan budaya atau faktor lain yang dapat mengakibatkan
ruginya produk yang diinformasikan melalui iklan. Sebagai contoh iklan produk
Sanaflu yang slogannya “belum tahu dia” berhasil menjadi iklan favorit tahun 1998
karena begitu mudahnya mengingatkan pada produk yang diinformasikan, sehingga
produk meningkat drastis. Sayangnya di wilayah Jawa Tengah produk ini kurang
begitu laku dibandingkan dengan daerah lain, karena dianggap iklannya meremehkan
budaya Jawa.
2. Memupuk baik dan memberi pengertian tentang produk yang dibutuhkan konsumen.
Teknik ini dilakukan untuk menguatkan persepsi baik pada diri konsumen terhadap
produk yang diinginkan. Konsumen akan teringat terhadap produk yang diiklankan
berkali-kali. Sering munculnya iklan dalam menawarkan atau memperkenalkan
produk yang tidak menyesatkan, sehingga konsumen akan menerima informasi yang
akhirnya membeli produk yang ditawarkan, seperti produk obat-obatan.
3. Memperoleh etiket baik dari konsumen dalam membantu mempromosikan produk
Tanggapan baik konsumen terhadap produk yang diiklankan sangat membantu dalam
kelancaran promosi. Suatu produk mempunyai kualitas dan keunggulan seperti yang
diinformasikan dalam iklan sangat membantu menciptakan predikat baik. Anggapan
seperti ini seperti pada produk SONY yang sudah mendapatkan kepercayaan
konsumen. Karena merasa puas pada produk yang pernah mereka beli, mereka tanpa
sengaja juga ikut berpromosi antar mulut “gethok tular” kepada calon pembeli.
4. Mengatasi prasangka buruk pada konsumen terhadap produk yang ditawarkan
Iklan kadang kala menutupi kekurangan kualitas produk yang diinformasikan, atau
konsumen mempunyai prasangka buruk terhadap yang diinformasikan. Untuk
meluruskan informasi yang kurang tepat ini perlu adanya iklan yang jitu guna
menangkis anggapan tersebut. Seperti kejadian produk MIWON yang disinyalir
mengandung ensim babi hingga produk tersebut dicabut dari pasaran. Mandra selaku
bintang iklannya bertindak tegas untuk memutuskan tidak mau lagi memperpanjang
kontrak. Produk ini tentunya sudah jatuh dimata konsumen, khususnya masyarakatmuslim. Bagaimana agar produk ini bisa diterima kembali pada konsumen ?. Di
sinilah peran iklan sebagai mediator, maka muncul iklan versi baru MIWON yang
diperagakan keluarga muslim yang diperankan Dedy Mizwar. Hal ini membuktikan
bahwa produk yang ditawarkan melalui iklan ini tidak mengandung enzim babi atau
halal.
5. Mendidik konsumen untuk menggunakan produk yang disajikan pada iklan
Informasi ini sering dilakukan melalui iklan produk obat-obatan. Agar konsumen tidak
salah persepsi terhadap obat yang diiklankan, maka dalam menginformasikan harus
sangat rinci, baik tahapan pemakaian atau kegunaannya. Bila hal ini salah
menginformasikan akan fatal akibatnya, sebagai contoh obat untuk dewasa
diminumkan anak-anak yang mengakibatkan kejang-kejang. Hal ini jelas salah
menginformasikan atau persepsi konsumen berbeda dengan yang diinformasikan
dalam iklan. Agar hal ini tidak terjadi maka perlu penjelasan manfaatnya dan efek
sampingnya.
6. Memberikan penerangan dan pendidikan terhadap konsumen.
Tidak semua iklan memberikan penerangan atau pendidikan pada konsumen, karena
dinilai kurang efektif dalam meningkatkan pemasaran. Kurang efektifnya iklan
tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurang tepatnya waktu penginformasian. Bila
waktu pemberian tepat, niscaya akan dapat diterima konsumen dengan sendirinya
pemasaran akan lancar. Sebagai contoh produk Pepsodent yang berpromosi secara
langsung kepada Pramuka Gugus Depan di Magelang yang sebagian besar diikuti oleh
anak-anak sekolah, begitu juga yang dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri Tambak
Wedi Surabaya pada tangal 5 September 2002. Pihak Pepsodent memberikan
penerangan bagaimana merawat gigi yang baik dan benar. Promosi ini sangat berhasil,
karena mendapat tanggapan masyarakat yang positif, sekaligus menanamkan
kepercayaan produk tersebut pada diri sipemakai.
simpulan

Periklanan merupakan salah satu media promosi dalam memasarkan produk yang
ditujukan pada konsumen agar bereaksi mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Strategi
yang sering dilakukan produsen dalam memasarkan produknya melalui media periklananadalah membidik segmen pasar tertentu. Dalam menghadapi pasar bebas di era global
tentunya strategi ini sangat efisien dan tepat, karena sesuai faktor pasar, seperti; geografis,
demografis, psikologis, dan behavioristik. Bila informasi yang disampaikan jelas sesuai
dengan segmen tentunya akan mendapat tanggapan positif di pihak konsumen yang
akhirnya membeli produk yang ditawarkan.

PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN UNTUK MENENTUKAN PETA PERSEPSI PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN (STUDI KASUS PADA PRODUK MINUMAN RINGAN DI PALEMBANG)

TEMA : STRATEGI PEMASARAN
PENGARANG : Sutrisno Badri

Latarbelakang dan masalah :
Perilaku konsumen merupakan factor penting yang harus diperhatikan dalam upaya
meningkatkan market share, salah satu elemen dari perilaku konsumen adalah
keputusannya untuk menentukan pilihan membeli suatu produk atau tidak membeli.
Informasi ini bagi produk sangat penting untuk menerapkan strategi pemasaran.

Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi factor-faktor perilaku konsumen dalam
memilih produk minuman. Factor-faktor yang ditemukan ini dugunakan untuk
menentukan peta persepsi produk dan memformulasikan strategi pemasaran.

Metode Penelitian :
Penelitian dilakukan dengan cara riset dengan instrument wawancara dan penyebaran
kuesioner kepada 200 orang responden. Dari 200 kuesioner yang disebarkan,
sebanyak 168 responden mengambil kuesioner yang telah diisi.Data yang telah
dikumpulkan kemudian diolah dengan analisa factor untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman ringan.
Selanjutnya dilakukan pembuatan peta persepsi produk dengan
metode analisa komponen utama (principal Component Analysis). Data juga diolah
dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon untuk membandingkan antara
harapan konsumen dengan kenyataan yang ada mengenai minuman ringan.


















Data yang dikumpulkan berupa data umum perusahaan dan data hasil penyebaran
keusioner. Kuesioner yang disebarkan terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Bagian I : berisi data-data umum responden dan kebiasaan responden
2. Bagian II: responden diminta untuk memberikan pendapat mengenai atribut-atribut yang
mempengaruhi dalam memilih suatu produk minuman ringan berdasarkan tingkat
kepentingannya
3. Bagian III: responden diminta untuk memberikan penilaian terhadapempat merek
minuman ringan yang akan dibandingkan berdasarkan atribut-atribut yang
mempengaruhi dalam pemilihan suatu produk minuman ringan berdasarkan persepsi dan
penilalan dari responden.
Variabel-variabellatribut pertanyaan yang digunakan dalam pengisian kuesioner (bagian II dan III)
pada penditian ini adalah :
1. Rasa minuman ringan
2. Harga minuman ringan
3. Dukungan promosi kepada konsumen
4. Prestise terhadap merek produk
5. Kemudahan produk diperoleh
6. Kemasan produk
7. Keanekaragamanjumlah isi
8. Menghilangkan dahaga
9. Praktis tidaknya pemakaian produk
Atribut tersebut diperoleh berdasarkan hasil dari kuesioner pendahuluan yang telah disebarkan.
UJI VALIDITAS
Uji validitas ini menggunakan Metode Korelasi Product Moment dengan menggunakan rumus:

dimana:
r = angka kolerasi
N = jumlah responden
X = data/nilai untuk sehap variabel
Y = data/nilai dari seluruh variabel
UJI RELIABILITAS
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Metode Alpha Cronbach dengan enggunakan
program SPSS for Windows.
4.2. Pengolahan Data
Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa ban yak data yang hams diambil dalam penelitian
agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Rumus yang ipergunakan yaitu:










dimana:
n = jumlah minimal sampel
= tingkat kepercayaan
p = proporsi jawaban
q = 1 - p
e = tingkat ketelitian

Selanjutnya dilakukan analisa terhadap hasil pengolahan data untuk kuesioner gian I,
II, dan III. Untuk kuesioner bagian I, analisa dilakukan dengan melihat persentase basil
jawaban masing-masing pernyataan pada kuesioner. Persentase ini secara jelas dapat
terlihat pada pie chart. Untuk kuesiner bagian II dapat dianalisa tingkat kepentingan
responden dalam memilih suatu produk minuman ringan dengan melihat uratan dari ratarata,
dimana atribut yang memiliki rata-rata tertinggi menduduki peringkat pertama dan
menjadi paling penting untuk dipertimbangkan menurut responden. Untuk kuesioner bagian
III dapat dianalisa hasil peta persepsi produk yang menunjukkan posisi masingmasing
mereka minuman ringan jika ditinjau dari dua dimensi yang mewakili atributatribut dalam
pemilihan suatu produk minuman ringan. Dimensi I menunjukkan semakin ke kanan, maka
promosinya semakin menarik, prestise terhadap merek semakin baik, produk mudah
diperoleh, kemasan semakin baik, jumlah isi beraneka ragam dan penggunaannya praktis.
Sedangkan dimensi n menunjukkan semakin keatas maka rasanya semakin enak, harga
semakin murah dan minuman menghilangkan dahaga. Selain itu juga dilakukan analisa uji
perangkat bertanda Wilcoxon untuk data berpasangan. Jika Ho diterima maka harapan
responden terhadap minuman ringan telah terpenuhi oleh produsen, sebaliknya Ho ditolak,maka harapan responden terhadap minuman ringan tertentu belum terpenuhi oleh
produsen.Setelah diketahui kelebihan dan kekurangan minuman ringan dan melihat data
umum darisuatu strategi pemasaran dan upaya peningkatan daya saing untuk perusahaan.
Simpulan:
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden yang
mengkonsumsi minuman ringart adalah pelajar/mahasiswa dan membeli minuman ringan
tersebut di kantin sekolah atau temp at kerja, Responden memiliki loyalitas yang rendah
terhadap minuman ringan merek tertentu. Kemasan yang biasa digunakan responden dalam
membeli minuman ringan adalah kaleng. Namun.kemasan botol kaca dan botol plastik
memiliki persentase yang hampir sarna sehingga kemasan ini diperlukan untuk minuman
ringan. Media yang paling tepat untuk minuman ringan menurut responden adalah media
televisi, tetapi hendaknya juga dapat diupayakan media lain yang juga dapat menarik minat
konsumen untuk membeli minuman ringan. Faktor-faktor yang mempengaruhi responden
dalam membeli minuman ringan adalah rasa, promosi, prestise, kemasan, kemudahan,
harga, menghilangkan dahaga, aneka isi dan praktis. Khusus untuk penelitian ini peta
persepsi produk menunjukkan bahwa minuman ringan Sugus memiliki promosi yang tidak
menarik, prestise terhadap merek yang kurang baik, sulit diperoleh, kemasan kurang
rhenarik, jumlah isi yang tidak beraneka ragam dan tidak praktis. Sebaliknya minuman
Sugus memiliki rasa yang enak, harga yang murah dan menghilangkan dahaga.
Berdasarkan uji peringkat bertanda Wilcoxon dapat diketahui bahwa ada tiga atribut yang
memenuhi harapan responden yai tu atribut rasa, harga dan menghilangkan dahaga.
Dengan demikian, maka usulan yang dibenkan pada perusahaan, yaitu : perusahaan
sebaiknya membuat produk minuman ringan dengan berbagai jenis kemasan dan jumlah isi
yang beraneka ragam, perusahaan sebaiknya menerapkan strategi produk lengkap dan
perluasan serta pengembangan pasar agar produk selalu tersedia dipasar dan mudah
diperoleh. Selain itu perusahaan juga hendaknya melakukan promosi secara gencar melalui
media yang tepat agar konsumen merasa tertarik untuk mengkonsumsi minuman ringan
tersebut

PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN BERDASARKAN PERILAKU KONSUMEN Dengan METODE DISKRIMINAN (kasus di PT. Gudang Rabat Alfa Retailindo Solo)

TEMA : STRATEGI PEMASARAN
PENGARANG : Suranto

Latar belakang dan masalah :
Semakin banyaknya perusahaan
yang menawarkan produk dan jasa, maka
konsumen memiliki pilihan yang semakin
banyak, dengan demikian kekuatan
tawar-menawar konsumen semakin besar.
Oleh karena itu, perusahaan seharusnya
mengetahui apa kebutuhan dan keinginan
konsumen, kemudian berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan
tersebut. Hasil pemasaran suatu
perusahaan dapat dijadikan sebagai salah
satu alat untuk mengetahui maju dan
mundurnya perusahaan. Harapan
pelanggan diyakini mempunyai peranan
yang besar dalam menentukan kualitas
produk (barang dan jasa) dan kepuasan
pelangganDalam mengevaluasinya,
pelanggan akan menggunakan
Responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah konsumen yang telah
berbelanja di PT. Gudang Rabat Alfa
Retailindo dengan jumlah responden
sebanyak 150 orang. Data yang
digunakan adalah kuisioner tentang
preferensi dan perilaku kebutuhan
konsumen. Pengolahan data
menggunakan software SPSS 10.0.
Penelitian terbatas pada masalah layout,
kelengkapan barang, harga, AC (Air
Conditioner), pendapatan pembeli, usia
pembeli, pelayanan karyawan, pelayanan
kasir, promosi, dan image.

Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku sering beli dan jarang beli
pada konsumen, mengetahui variabel bebas yang membedakan perilaku konsumen. Penelitian
ini melakukan pengujian dengan model diskriminan, mampu atau tidak melakukan klasifikasi
responden dengan tepat. Manfaat penelitian ini memberikan informasi tentang kebutuhan yang
diharapkan oleh konsumen, kepada PT. Gudang Rabat Alfa Retailindo Solo dalam mengambil
kebijakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga dapat memahami peluang
pemasaran yang efektif.

Metode Penelitian :
Obyek penelitian dalam
penyusunan penelitian ini adalah PT.
Gudang Rabat Alfa Retailindo Solo di
jalan Ahmad Yani No. 234 Pabelan,
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini
meliputi:
1. Data primer, merupakan data yang
diperoleh dari sumber pertama, baik
individu atau perseorangan. Dalam
penelitian ini, berbentuk hasil
pengisian kuisioner oleh responden.
2. Data sekunder, merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut
dan disajikan dalam bentuk tabeltabel
atau diagram-diagram.
Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data
penelitian ini menggunakan wawancara,
kuisioner (angket), studi pustaka, dan
dokumentasi.
Teknik Pengolahan Data dan Analisa
Data
1. Penentuan Sampel.
Untuk mendapatkan sampel yang
representatif dalam penelitian ini
digunakan Stratified Random
Sampling yaitu metode penelitian
sampel dengan membagi populasi ke
dalam kelompok-kelompok yang
homogen (disebut strata), yang
kemudian sampel diambil secara acak
dari tiap strata. Jumlah sampel dapat
di cari dengan rumus berikut : (
Sugiarto, 2001 )
Keterangan :
N = Jumlah sampel minimum.
Z = Nilai distribusi normal.
e = Toleransi normal.
p = Prosentase kuisioner dijawab
benar.
q = Prosentase kuisioner dijawab
salah.
2. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat kemampuan
instrumen penelitian untuk
mengungkakan data sesuai dengan
masalah yang hendak diungkapkan.
Dengan kata lain, validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur itu mengukur apa yang ingin
diukur. Untuk mengetahui validitas
instrumen dalam penelitian ini
menggunakan korelasi product
moment yang rumusnya sebagai
berikut : ( Arikunto, 1998 )
Keterangan :
xy r = Koofisien korelasi product
moment
N = Jumlah sampel
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
3. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas berkaitan
dengan masalah adanya kepercayaan
terhadap alat uji instrumen. Suatu
instrumen dapat memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi jika hasil
dari pengujian tersebut menunjukkan
tetap. Pengujian ini digunakan untuk
menguji keadaan (konsistensi) data
yang diperoleh dengan
memasukkannya ke dalam rumus : (
Singarimbun, 1989)
Keterangan :r = angka reliabilitas seluruh
item
tt r = angka korelasi belahan pertama
dan belahan kedua
4. Analisis diskriminan
Untuk model diskriminan dengan tiga
kelompok, pembagian variabel bebas
tidak seperti kasus dua kelompok,
yakni ‘langsung’ variabel a ke
kelompok 1, variabel b ke kelompok
2 dan seterusnya. Pada kasus tiga
kelompok, seluruh variabel bebas
dilakukan proses reduksi variabel
dahulu, yakni menjadi satu atau
beberapa faktor. Setelah itu, setiap
kelompok (sering, cukup dan jarang)
akan ditentukan lebih cenderung
masuk ke faktor yang mana. Jadi
dasar pembagian adalah faktor dan
bukan variabel bebas yang semula.
Langkah analisis :
a. Memisahkan variabel ke dalam
variabel dependent dan variabel
independent .
b. Analysis Case Processing
Summary, tabel yang menyatakan
bahwa responden (jumlah kasus
atau baris SPSS) semuanya valid
(sah) untuk di proses. Dapat
mengetahui data yang hilang
(missing).
c. Group Statistics, tabel yang
menunjukkan jumlah responden
yang mempunyai perilaku beli
sering , cukup atau jarang.
d. Test of Equality Group Means,
tabel yang menunjukkan apakah
terdapat perbedaan yang
signifikan untuk tiga grup
diskriminan dengan berdasar uji
F.
e. Variable Entered/Removed, tabel
yang menyajikan dari sepuluh
variabel yang dianalisis, variabelmana yang dapat dimasukkan
(entered) dalam persamaan
diskriminan.
f. Variable in The Analysi, tabel
yang berisi rangkaian proses
tahap sebelumnya, mengenai
pemilihan variabel satu persatu
yang dimasukkan ke dalam
model.
g. Variable Not in The Analysis,
tabel ini berisi ‘kebalikan’ dari
tabel sebelumnya, yang memuat
variabel yang akan dikeluarkan
satu per-satu dari model.
h. Eigenvalues, interpretasi dari
pengelompokkan variabel ke
dalam satu atau lebih faktor.
i. Wilk’s Lambda, mengindikasi
perbedaan yang signifikan
(nyata) antara ketiga grup dalam
model diskriminan berdasar
angka Chi-Square.
j. Standardized Canonical
Discriminant Function
Coefficient, menentukan variabel
mana yang akan masuk ke faktor
mana, dasar pemasukan variabel
dilihat pada besar korelasi
kanonikal, dengan korelasi
trbesar masuk ke faktor yang
bersangkutan.
k. Structure Matrix, menunjukkan
variabel yang paling
membedakan perilaku pembeli.
l. Functions At Group Centroid,
tabel ini mengelompokkan ke
tiga grup dalam function 1 atau
function 2
m. Casewise Statistics, tabel yang
berisi rincian tiap kasus,
penempatannya dalam model
diskriminan serta perbandingan
apakah penempatan (predicted)
telah sesuai dengan kenyataan.n. Classification Result,
menunjukkan angka ketepatan
prediksi dari model diskriminan.
Pada umumnya ketepatan di atas
50% di anggap memadai atau
valid.
SIMPULAN
1. Terdapat perbedaan perilaku yang
nyata antara konsumen yang sering
berbelanja dengan mereka yang
jarang berbelanja di PT. Gudang
Rabat Alfa Retailindo.
2. Variabel yang paling membedakan
perilaku kedua kelompok pembeli
tersebut adalah variabel harga dan
AC.
3. Variabel harga merupakan variabel
yang paling membedakan perilaku
konsumen ‘sering beli’ atau ‘jarang
beli’. Sedangkan variabel AC sebagai
pembeda perilaku konsumen
berikutnya.
4. Dari sepuluh variabel, delapan
variabel lainnya (lay out, lengkap,
musik, lampu, pelayanan karyawan,
pelayanan kasir, promosi dan image)
bukanlah variabel yang membedakan
perilaku kedua kelompok. Sikap
konsumen terhadap delapan atribut
tersebut relatif sama, jika kelompok
‘sering beli’ bersikap positif terhadap
lay out, maka kelompok ‘jarang beli’
juga bersikap positif, sehingga faktor
lay out tidak membuat konsumen
berbeda perilaku.
5. Model diskriminan yang ada ternyata
valid dan dapat digunakan, karena
tingkat ketepatannya 60,7% ( >50%)
dan mempunyai cross validation
60,7%.